"Metode Laktasi Amenore (MLA): Tidak Hamil Hanya dengan ASI"

Oleh: dr. Karunia Ramadhan T
Banyak pasangan suami istri yang takut untuk langsung kembali mengandung sesaat setelah melahirkan. Usia anak yang masih sangat kecil biasanya menjadi alasan pasangan suami istri untuk mengatur kehamilannya, dan hal tersebut adalah benar, anak yang masih sangat kecil membutuhkan perhatian yang sangat besar dari kedua orang tuanya bahkan hingga mereka melewati fase balita. Karena kekhawatiran tersebut, banyak ibu setelah masa nifas langsung menggunakan berbagai metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Biasanya pilihan ibu adalah kontrasepsi suntik, pil KB, implan, atau IUD/AKDR. Walaupun masih menjadi perdebatan tentang pemberiannya, namun pemberian kontrasepsi hormonal, terutama pil KB kombinasi estrogen-progesteron (estrogen paling memiliki pengaruh), dikhawatirkan dapat menekan produksi ASI walaupun tidak mengurangi kualitas ASI itu sendiri, akibatnya ini akan sangat merugikan bagi bayi. Kontrasepsi paling aman untuk ibu menyusui ialah IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), karena tidak mengandung hormon yang mampu mempengaruhi produksi ASI ibu.  Tapi tahukah ibu, dalam masa 6 bulan pertama setelah melahirkan ibu dapat tidak hamil tanpa menggunakan berbagai kontrasepsi tersebut? Jawabannya adalah ‘dapat’. Kini telah dikenalkan Metode Laktasi Amenore (MLA), yang telah diteliti dapat menghambat kehamilan hingga 98%.

Apa itu MLA (Metode Laktasi Amenore)?

Anda pernah mendengar mengenai Metoda Laktasi Amenore (MLA)? Jika belum, MLA adalah metode kontrasepsi alamiah di mana ibu-ibu pasca melahirkan dapat tidak hamil tanpa menggunakan KB hormonal, namun cukup hanya dengan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama pasca persalinan, dengan kata lain ibu hanya memberikan ASI sebagai makanan utama bayi tanpa makanan pendamping lain termasuk air putih. Rangsangan puting susu ibu saat menyusui dapat merangsang otak untuk menghambat proses kesuburan ibu, sehingga kehamilan dapat dicegah.

Syarat dan Kriteria MLA

Penggunaan metode ini harus memenuhi tiga kriteria, adapun kriteria tersebut ialah:
  1. Memberikan ASI secara eksklusif sesering mungkin sesuai keinginan bayi (feeding on demand), baik siang maupun malam. Frekuesi pemberian ASI paling sedikit 10-12 kali sehari dalam satu bulan pertama sesudah melahirkan, dan 8-10 kali sehari (termasuk 1 kali pada malam hari) untuk usia bayi di atas satu bulan. Menyusukan bayi sebaiknya tidak melibihi  4 jam antara satu waktu pemberian ke pemberian berikutnya di siang hari, dan pada malam hari waktu pemberian ASI tidak boleh lebih dari 6 jam.
  2. Usia bayi kurang dari 6 bulan.
  3. Ibu belum mendapat menstruasi. Jika ibu telah menstruasi dalam 6 bulan pertama pasca persalinan, maka sudah pasti metode ini tidak dapat digunakan.
Jika salah satu kriteria tersebut tidak dapat dipenuhi maka penggunaan MLA tidak dianjurkan, dan ibu dapat berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya mengenai metode kontrasepsi lain yang sesuai dan aman bagi ibu.

Bagaimana Pelaksanaan MLA pada Ibu yang Bekerja di Luar Rumah?

Selama tiga kriteria pemberian MLA masih dapat diterapkan oleh ibu yang bekerja di luar rumah maka cara ini masih dapat digunakan, terutama jika bayi dapat dibawa ke tempat kerja. Pada zaman sekarang telah banyak ditemukan tempat lingkungan kerja yang dilengkapi dengan ruangan khusus untuk ibu menyusui, bahkan membawa bayi ke tempat kerja telah menjadi tren di lingkungan wanita karir yang memiliki bayi, tentunya dengan bantuan pengasuh bayi. Pada intinya tetap sesuai dengan ketentuan di mana jika ibu tetap ingin menerapkan MLA bayi tidak boleh terpisah lebih dari 4 jam dari ibunya. ASI perah dalam fungsinya sebagai kontrasepsi agak kurang menguntungkan dan memiliki angka kegagalan kontrasepsi yang lebih tinggi yaitu berkisar 5 dari 100 ibu pekerja yang menggunakan MLA, hal ini dikarenakan hisapan pompa tidak sekuat hisapan bayi, sehingga mengurangi respon neuroendokrin di otak untuk mencegah kesuburan ibu.

Apa Keuntungan Penggunaan MLA?

  1. Metoda kontrasepsi alamiah, non hormonal. Sehingga ibu terhindar sementara dari berbagai efek samping kontrasepsi hormonal.
  2. Laktasi menguntungkan ibu dan bayi. Bagi ibu, langsung menyusui sesaat setelah melahirkan dapat menghentikan perdarahan, selain itu menyusui membuat badan ibu menjadi proporsional kembali, dsb. Bagi bayi, menyusu membuat bayi mendapatkan kekebalan pasif berupa zat imunoglobulin, kandungan DHA membuat pertumbuhan tubuh dan otak jauh lebih baik, bayi mendapatkan gizi yang mumpuni sesuai dengan usianya, dsb. Yang terpenting adalah menimbulkan kedekatan emosional antara ibu dan bayi.
  3. Efisiensi biaya dalam hal kontrasepsi dan nutrisi bayi. Keluarga tidak perlu mengeluarkan uang untuk kontrasepsi dan membeli susu formula, sehingga dana tersebut dapat disimpan maupun dialihkan untuk keperluan lainnya.
  4. Tidak mengganggu hubungan seksual.

Yang Harus Dipertimbangkan pada Pengguna MLA

  1. Mengidap HIV dan AIDS, ibu tetap dapat menyusui namun setelah berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
  2. Ibu sedang menggunakan obat-obatan selama menyusui bayinya seperti obat-obatan anti depresan, ergotamin, anti metabolit, siklosporin, kortikosteroid, antibiotik kuinolon, dll.
  3. Bayi mengalami sukar bernafas, bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan prematur, gangguan pencernaan, bayi yang membutuhkan perawatan intensif, bibir sumbing, dll.

Apa yang Dilakukan Setelah Usia Bayi Lebih Dari 6 Bulan?

Pada ibu yang menggunakan MLA, jika usia bayi telah lebih dari 6 bulan ASI boleh tetap dilanjutkan namun MLA sudah tidak dapat digunakan lagi, atau berkurang efektifitasnya karena ASI bukan satu-satunya lagi makanan si bayi (walaupun ada penelitian yang menyebutkan pemberian ASI hingga 1 tahun efektifitas kontrasepsinya masih sangat tinggi, yaitu sekitar 94%). Untuk itu perlu direncanakan dan dikonsultasikan kepada dokter mengenai metode  kontrasepsi lain sebagai pendamping ibu menyusui untuk mengatur kehamilan. Kontrasepsi yang digunakan harus tepat dan aman bagi ibu menyusui.
Demikian sekilas mengenai Metode Laktasi Amenore (MLA), diharapkan dapat menjadi pilihan utama bagi setiap keluarga yang baru saja memiliki buah hati mengingat manfaatnya yang sangat besar baik bagi ibu maupun sang bayi. Silahkan konsultasikan kepada dokter maupun tenaga kesehatan terpercaya mengenai informasi lebih mendalam mengenai MLA, demi kesehatan Anda dan buah hati. Wassalam.
————————————–
Sumber: Pelatihan CTU JNPK-KR POGI, Jakarta 2012, dan dikutip dari berbagai sumber lainnya.
Tentang Penulis:
dr. Karunia Ramadhan T adalah Dokter Keluarga Desa Tiangau, Kec. Siantan Selatan, Kabupaten Kep. Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Untuk korespondensi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi dr Karunia Ramadhan melalui halaman kontak atau email: dr.ramadhant@yahoo.com.
Source : http://majalahkesehatan.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Virginia Madsen"

"Great Teacher Onizuka 2012"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"