Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2009

REVOLUSI DIGITAL (KISAH 08) Kelihaian Gates

REVOLUSI DIGITAL (KISAH 08) Kelihaian Gates Produk Microsoft umumnya tiruan, tapi sukses Oleh Andrianto Soekarnen Pada 1982, Bill Gates—yang saat itu berusia 27 tahun--merasa takut. Sebagai Presiden Microsoft (perusahaan perangkat lunak pembuat DOS dan bahasa program BASIC), ia cemas akan tertinggal justru ketika persaingan baru dimulai. Kekhawatiran Gates sungguh beralasan. Waktu itu, Apple memiliki dua buah komputer berorientasi grafik yang belum diluncurkan: Lisa dan Macintosh. Lotus, saingan Microsoft, siap menjadi perusahaan pembuat software terbesar berkat Lotus 1-2-3 (sebuah tabel berlajur untuk IBM PC). Lalu, COMPAQ baru saja meluncurkan komputer kompatibel PC versi mereka. Di antara para pendatang baru, Microsoft tampak paling lemah. Namun begitu, semua ini segera berubah. Penampilan Gates yang tampak muda dan lugu sungguh tak sesuai dengan sifatnya yang "kejam" dalam bersaing. Rambutnya lurus tidak rapi. Ketombe mengikutinya kemana-mana. Kacamatanya yang ber

REVOLUSI DIGITAL (KISAH 07)

REVOLUSI DIGITAL (KISAH 07) Komputer Pribadi IBM Sukses IBM PC melahirkan generasi komputer jangkrik Oleh Andrianto Soekarnen Sukses komputer kecil Apple memacu perusahaan lain untuk membuat peralatan serupa. Meski begitu, IBM, si raja mainframe (komputer besar), sama sekali belum bergeming. Alasannya sepele, divisi pemasaran--kekuatan utama mereka--kurang dapat menyetujui perubahan tersebut. Bagi para wiraniaga, menjual komputer kecil seharga seribu dollar mendatangkan komisi yang terlalu kecil. Mereka terbiasa mendapat persenan dari berdagang perlengkapan berbandrol $20.000. Tetapi, ketika Apple II mulai mengerogoti pasar komputer besar, mau tidak mau IBM harus berpaling pada komputer meja. Untungnya, IBM mempunyai seorang insinyur yang mempunyai minat besar pada produk tersebut, yakni Lew Eggebrecht. Sebenarnya, sudah berkali-kali Eggebrecht (melalui atasannya) mengusulkan pembuatan komputer kecil. Tapi, para pembesar IBM yang konservatif belum melihat perubahan yang ada d

REVOLUSI DIGITAL (KISAH 03)

Gambar
Kecerdikan Texas Instrument Bell Labs menemukan transistor sementara Texas Instrument memasarkannya Oleh Andrianto Soekarnen Untuk menghasilkan barang ajaib dari bahan semikonduktor, diperlukan perusahaan khusus yang mempunyai banyak sumber daya manusia terdidik dan gemar akan riset ilmu murni. Semua syarat itu dapat dijumpai di Bell Laboratories milik perusahaan American Telephone and Telegraph (AT&T). Di sana, bekerja 10.000 ilmuwan. Karena itu, Bell Labs dikenal sebagai produksen karya ilmiah komersial terkemuka di dunia. Tim yang diutus menemukan manfaat semikonduktor dipimpin William Shockley, satu dari sedikit ahli Mekanika Kuantum yang waktu itu merupakan cabang ilmu baru dalam fisika. Lelaki tersebut dalah seorang jenius namun berperangai buruk. Tim Shockley dibentuk untuk membuat saklar elektron, sebuah saklar yang bekerja berdasarkan prinsip listrik. Waktu itu, komunikasi telepon menggunakan saklar elektromagnetik yang mudah aus dan memerlukan ruang luas. Mervin J.

Sukses menjadi Penulis Best Seller Bagian 5

Ada kiat-kiat supaya berhasil nembus pasar? Saya kasih kiatnya ya. Pertama, jangan melulu berkutat di topik-topik yang sudah basi. Contoh: "Kalau Mau Kaya? Buka Usaha Dong...!". Waduh, itu basi banget! Udah berulang-ulang kali dibahas orang. Lewatin saja topik begitu. Kedua, sesuaikan gaya bahasa dengan pasar yang ingin dituju. Lha, kalau bukunya adalah buku populer, jangan pakai gaya bahasa yang teoritis. Nanti orang cepet ngantuk. Ketiga, nggak usah terlalu tebal. Kalau bukunya buku populer, biasanya orang nggak begitu suka kalau tebal. Keempat, minta testimoni untuk ditaruh di belakang buku. Cuma kalau pakai testimoni, kalau bukunya buku populer, nggak usahlah minta testimoni dari orang-orang yang buat sebagian orang 'ketinggian' . Contoh, saya pernah melihat buku keuangan populer, tapi testimoninya dari orang DPR-lah, menteri inilah, rektor itulah, dan sebagainya. Ketinggian! Nanti orang takut untuk baca. Kelima, jangan hanya kenalkan diri lewat buku. Miliki

10 Kiat Sukses Penulis Best Seller Bagian 4

(Sambungan dari Bagian 3) Tapi jujur, ketika brand itu sudah didapat sejak beberapa tahun lalu, tujuan saya menulis berubah yaitu untuk idealisme. Orang Indonesia harus mendapatkan edukasi tentang bagaimana cara yang baik dalam mengelola keuangan. Saya pikir, sah-sah saja kita menulis untuk tujuan bisnis, yaitu untuk branding. Tapi, saya pikir menulis untuk idealisme berupa edukasi akan jauh lebih mulia. Saya bukan orang suci. Tapi, dengan menulis untuk tujuan idealisme, saya pikir itu akan lebih fair buat pembaca. Karena, si penulis akan jadi lebih tulus dan netral dalam menulis, bukan karena ingin menjual atau memasarkan dirinya sendiri. Anda setuju bahwa tulisan atau buku merupakan cara ampuh untuk menciptakan personal brand? Setuju banget! Ada banyak buktinya. Tentu saja, buku dan artikel di media massa punya kekuatan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Artikel di media massa mungkin bisa menjangkau lebih banyak pembaca, tapi umurnya lebih pendek. Ketika saya menulis di sebuah t

10 Kiat sukses Penulis Best Seller Bagian 3

Dari mana Anda belajar menulis dulu? Otodidak. Ada turunannya juga kali. Dulu almarhum ibu saya rajin sekali membaca. Apa pun juga dia baca. Buku apalagi. Setiap kali selesai membaca buku, beliau suka menulis kesimpulannya di atas kertas. Selain itu, karena ayah saya bekerja di sebuah bank milik pemerintah dan memegang posisi pimpinan, ibu saya aktif di Dharma Wanita-nya. Otomatis ibu saya harus sering kasih pidato di depan ibu-ibu Dharma Wanita lainnya. Sebelum memberi pidato, ibu saya menyiapkan pidatonya dengan menuliskannya terlebih dulu. Jadi, mungkin ada turunannya juga. Jadi karena turunan dan bukan latihan...? Tapi menurut saya, yang paling penting dalam belajar menulis adalah praktik, praktik, dan praktik. Jujur saja, dulu tulisan-tulisan pertama saya di sebuah majalah, kalau saya baca lagi sekarang, aduh jeleknya...! Nggak teratur, nggak runtut, dan seringkali bahasanya terlalu susah. Tapi, dengan terus mengulang dan mengulang, kita akan bisa menemukan bentuk sendiri dala