"Cara Menjadi Kaya"
Pertanyaan pertama :
siapa yang MAU menjadi kaya ?
Pertanyaan kedua :
siapa yang BERUSAHA untuk menjadi kaya ?
Hanya sebagian saja yang angkat tangan
Pertanyaan ketiga :
Siapa yang SUDAH kaya ?
Jumlah yang angkat tangan lebih sedikit lagi.
Apa yang salah disini ?
Pada
pertanyaan pertama, orang hanya ditawari saja suatu keadaan. Tidak
sulit, karena mereka tinggal bilang mau atau tidak. Pada pertanyaan
kedua, sudah menjurus ke tindakan yang akan anda lakukan untuk mencapai
pertanyaan pertama tersebut. Disini orang yang menjawab positif tidak
sebanyak di pertanyaan pertama. Bermacam-macam penyebabnya. Mengapa ?
Orang mau kaya secara cepat, kalau bisa secara instan tanpa perlu
bekerja keras. Alasan kedua, mereka mau bekerja keras, tapi `not in the
right track' sehingga kerja keras mereka tidak membuahkan hasil sesuai
yang mereka harapkan. Alasan ketiga, mereka tidak tahu, harus mulai
darimana. alasan terakhir, mereka merasa cukup hidup yang biasa-biasa
saja, tidak perlu terlalu ambisius. "Ora usah ngoyo", begitu kata orang
Jawa. Pada pertanyaan ketiga adalah pada hasil, apakah hasil kerja anda
di pertanyaan kedua membuahkan hasil yang memuaskan. Hanya orang yang
sudah berhasil di pertanyaan kedua yang bisa ikut angkat tangan disini.
Sebenarnya, gimana sih cara untuk menjadi kaya, terutama
secara mudah kalau bisa ?
Ada
beberapa cara lain untuk kaya secara mudah. Yang pertama adalah lahir
sebagai anak orang kaya. Jadi berbahagialah anda yang lahir dengan nama
belakang Onassis, Walton, atau Rockeffeler. Karena begitu lahir anda
cukup angkat tangan untuk menjawab pertanyaan ketiga saja. Bahkan Robert
Kiyosaki, dalam salah satu seminarnya pernah mengatakan, pada waktu
kecil dia berharap nama keluarganya bukan Kiyosaki, namun Kawasaki. Yang
kedua adalah kawin dengan anak orang kaya. Namun apabila anda sudah
menikah dan tidak mendapatkan `kesempatan' ini, anda bisa dengan cara
ketiga, yaitu mempunyai menantu orang kaya. Masih ada beberapa cara
lagi, namun yang berikut ini lebih mengandalkan dewi fortuna, misalnya
anda menang undian, atau dapat warisan mendadak dari keluarga anda.
Kalau dari semua cara instan tersebut anda tidak berhasil, berarti anda
memang harus menggapainya melalui jalur kerja keras.
Di
dalam buku pemasaran klasik "Horse Sense" karya Jack Trout dan Al Ries,
dikatakan disana ada 3 cara untuk menjadi kaya secara instan, yaitu (1)
marry a rich person, (2) steal in nice, legal way; or (3) get to know
the right people.
Cara
ketiga ini yang menarik. Bertemu dengan orang yang tepat. Kerja keras
(hard work) saja tidak menjamin orang menjadi kaya. Perlu juga diimbangi
dengan kerja cerdas (smart work). Robert Kiyosaki termasuk beruntung
bertemu dengan orang yang tepat, yaitu `Rich Dad'nya. Orang yang tepat
adalah orang yang bersedia menjadi mentor kita, serta mau membimbing
kita. Tentunya dia sendiri juga sudah kaya, jadi bimbingan yang
diberikan bukan cuma teori doang, tapi pengalaman. Pengalaman itu mahal
harganya, karena dengan belajar dari pengalaman orang lain anda akan
terhindar dari `lubang jebakan' kegagalan. Dengan adanya mentor, proses
anda akan lebih cepat daripada jalan sendiri.
Nah,
dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti apa sih orang yang tepat itu ?
Tidak mudah memang menemukan orang yang tepat. Kalaupun misalnya anda
sudah ketemu dengan orangnya, belum tentu juga dia mau membimbing anda.
`Orang' yang tepat tidaklah selalu membimbing anda secara langsung, bisa
juga teknik, system, prinsip, kisah sukses orang lain, tokoh idola,
maupun suatu kebijaksanaan (wisdom). Tidak usah berpikir terlalu rumit,
mulailah dari sekitar anda saja. Adakah suatu kebijakan atau seseorang
yang sudah sukses yang bisa anda contoh ? Kalau ada, cobalah untuk
mengamati bagaimana proses yang dia lakukan selama ini.
Lalu
bagaimana mengetahui bahwa prinsip atau mentor yang akan kita contoh
itu tepat ? Just Do It, seperti kata Nike. Lakukan saja. Lakukan ini
semua secara fleksibel, artinya jika satu mentor tidak sesuai dengan
anda cobalah cari mentor lain. Jangan pula takut gagal, karena kita akan
lebih banyak belajar dari kegagalan daripada keberhasilan. Tidak ada
pula aturan yang melarang anda mempunyai beberapa mentor / prinsip
sekaligus. Mungkin dengan merangkum kebijakan-2 tersebut, anda bisa
menciptakan suatu prinsip baru yang sesuai dengan anda.
Sukses untuk anda !
Penulis : Sonny V. Sutedjo
Komentar