"Cerdas Memilih Minuman Diet"


Minuman diet adalah produk minuman rendah kalori atau tanpa kalori yang diperuntukkan bagi konsumen yang senantiasa menjaga asupan kalorinya, seperti para wanita, model, public figure, aktris/aktor, olahragawan, penari, dan lain-lain. Bayangkan, betapa menyenangkannya dapat tetap menikmati minuman manis favorit tanpa mencemaskan asupan kalori berlebih dan berat badan yang meningkat. Salah satu contoh minuman diet yang sangat populer di Indonesia adalah Diet Coke dari The Coca-Cola Company. Jika 100ml Coca-Cola classic mengandung 10,6 gram gula dan 41 kalori, Diet Coke sama sekali tidak mengandung gula dengan 0 kalori.

Rasa tetap manis namun tanpa kalori, bagaimana bisa? Pertanyaan ini kemungkinan besar timbul di benak Anda. Anda mengira-ngira bahan apa yang digunakan pada minuman diet sehingga kalorinya hilang namun rasanya tetap manis. Jawabannya adalah pemanis buatan. Pemanis buatan berbeda dengan gula sukrosa yang biasa kita konsumsi. Lalu apakah sebenarnya pemanis buatan itu? Yuk, simak uraian berikut.

Pemanis buatan dan keamanannya
Menurut Surat Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.5.1.4547, pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu. Dalam evaluasi penggunaan pemanis buatan digunakan suatu nilai batasan, yaitu ADI (Acceptable Daily Intake) yang menggambarkan batasan jumlah pemanis buatan (dalam mg) yang dapat dikonsumsi per kilogram berat badan setiap hari sepanjang hidup konsumen tanpa menimbulkan risiko kesehatan. Umumnya, nilai ADI telah ditingkatkan 100 kali sebagai faktor pengaman.

Pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan dilakukan sepenuhnya oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pemanis buatan tidak diizinkan penggunaannya pada produk pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi oleh kelompok tertentu meliputi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Berikut adalah tabel 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan ditambahkan pada produk pangan di Indonesia, beserta nilai kalori, tingkat kemanisan, dan nilai ADInya menurut SK BPOM RI Nomor: HK.00.05.5.1.4547.

No
Pemanis Buatan
Kalori (kkal/g)*
Tingkat Kemanisan*
Nilai ADI (mg/kg BB)
1
Asesulfam-K (Acesulfame potassium)
0
200
15
2
Alitam (Alitame)
1,4
2000
0,34
3
Aspartam (Aspartame)
0,4
160-200
50
4
Siklamat (Cyclamate)
0
30-140
0-11
5
Neotam (Neotame)
0
7000-13000
0-2
6
Sakarin (Saccharin)
0
200-700
5
7
Sukralosa (Sucralose)
0
400-800
0-15
8
Isomalt
?2,0
0,45
Tidak dinyatakan**
9
Laktitol (lactitol)
2,0
0,35
Tidak dinyatakan**
10
Maltitol
2,1
0,9
Tidak dinyatakan**
11
Manitol (mannitol)
1,6
0,6
Tidak dinyatakan**
12
Sorbitol
2,6
0,6
Tidak dinyatakan**
13
Silitol (xylitol)
2,4
1
Tidak dinyatakan**
*Tingkat kemanisan dan kalori (kkal/g) dibandingkan dengan sukrosa yang memiliki tingkat kemanisan 1 dan kalori 4 kkal/g.
**Tidak dinyatakan karena termasuk Generally Recognized As Safe (GRAS), berarti dapat digunakan dalam pangan tanpa pembatas selain menyesuaikan dengan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)


Menjadi Konsumen yang Cerdas
Berikut ini adalah beberapa kiat agar kita dapat menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih produk minuman diet dan menyikapi penggunaan pemanis buatan.

1. Baca label kemasan produk

Produk yang terjamin keamanannya untuk beredar di Indonesia memiliki nomor registrasi dari BPOM. Perhatikan apakah produk yang akan Anda konsumsi memiliki nomor registrasi tersebut atau tidak. Biasakan untuk mengenali pemanis buatan apa saja yang ada dalam suatu minuman diet dengan cara membaca label komposisi bahan yang tertera pada kemasan. Produsen yang baik akan mematuhi peraturan BPOM untuk mencantumkan informasi pemanis yang digunakan secara lengkap, mencakup nama pemanis buatan, jumlah pemanis buatan, dan peringatan.

2. Perhatikan peringatan yang tercantum pada produk.

Contoh peringatan pada label minuman diet adalah peringatan Fenilketonuria: mengandung fenilalanin, yang ditulis dan terlihat jelas pada label jika minuman tersebut menggunakan pemanis buatan aspartam dan peringatan Konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan efek laksatif jika minuman tersebut menggunakan pemanis buatan golongan poliol (laktitol, manitol atau sorbitol).



Berdasarkan informasi dari label kemasan minuman Diet Coke tersebut, diketahui bahwa pemanis buatan yang digunakan adalah sukralosa 55 mg/saji dan asesulfam-K 41 mg/saji. Sukralosa dan Asesulfam-K merupakan jenis pemanis buatan yang diizinkan BPOM untuk digunakan di Indonesia. Nilai ADI (batas maksimal konsumsi tanpa menimbulkan risiko) sukralosa adalah 15 mg/kg berat badan, sedangkan nilai ADI asesulfam-K adalah 15 mg/kg berat badan. Jika diasumsikan berat badan Anda 60 kg, maka dalam sehari maksimal Anda dapat mengonsumsi 900 mg sukralosa dan 900 mg asesulfam-K (setara dengan hampir 16 kaleng Diet Coke) tanpa menimbulkan risiko kesehatan di kemudian hari. Mustahil dalam satu hari seorang konsumen mengonsumsi 16 kaleng minuman soda. Artinya, Diet Coke merupakan minuman yang aman dikonsumsi.

3. Jangan mudah terjebak isu hoax

Seringkali kita mendengar banyak isu mengerikan mengenai penggunaan pemanis buatan. Sebaiknya Anda jangan mudah terkecoh dan bereaksi berlebihan terhadap isu-isu seperti ini tanpa mencari tahu kebenarannya. Masalah seperti ini memang rawan disusupi intrik, mulai dari yang benar-benar untuk keamanan konsumen, hingga kepentingan perdagangan dan politik. Konsumen harus dapat bersikap kritis terhadap isu yang beredar, apakah kejadiannya hanya satu kasus atau terjadi pada suatu populasi? Agar tidak mudah termakan isu yang menyesatkan masyarakat, carilah informasi yang benar melalui lembaga-lembaga terpercaya seperti YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), BPOM RI, atau perguruan-perguruan tinggi.

4. Konsumsi sewajarnya

Walaupun penggunaan pemanis buatan telah diatur dan dijamin keamanannya oleh BPOM RI, konsumsi pangan apapun secara berlebihan tentu akan memberikan efek yang buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, upayakan agar Anda tidak mengonsumsi produk dengan pemanis buatan yang sama secara terus menerus dalam jumlah besar. Variasikan pola makan Anda, istirahat yang cukup, dan jangan lupa berolahraga!

Tentang Penulis
Artikel adalah kontribusi dari Aby Hapsari & Yuwanita Ardilasari. Mereka adalah mahasiswi S1 tingkat akhir Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Diharapkan artikel ini dapat membantu mengedukasi masyarakat bahwa penggunaan BTP (Bahan Tambahan Pangan) khususnya pemanis buatan dalam produk pangan bukanlah suatu momok yang menakutkan seperti kebanyakan isu yang beredar saat ini.

Source : http://majalahkesehatan.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Virginia Madsen"

"Great Teacher Onizuka 2012"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"