"Mengenal Penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)"
Anda tentu mengenal siapa itu Stephen Hawking. Dia adalah ilmuwan
jenius Inggris yang disebut-sebut sebagai Einstein abad ke-21. Buku
laris dan videonya yang berjudul “A Brief History of Time” terjual
jutaan kopi dan menjelaskan kepada masyarakat awam secara mudah mengenai
konsep waktu dan ruang serta kejadian alam semesta.
Hawking adalah salah satu contoh penderita ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) atau Penyakit Lou Gehrig yang bisa bertahan hidup cukup lama dengan ditopang kursi roda, ventilator yang membantu pernapasan, dan synthesizer yang menerjemahkan perintah suara dari otaknya menjadi suara yang dikeluarkan komputer. Berkat teknologi semua itu menjadi mungkin baginya. Namun, bagi jutaan penderita lainnya ALS pada tahap itu biasanya sudah berujung kematian.
Tokoh lain yang cukup terkenal adalah DR Morris Schwartz, seorang profesor sosiologi yang setiap hari Selasa memberikan kuliah kepada mantan mahasiswanya di rumahnya mengenai konsep hidup dan kematian di saat-saat akhir hidupnya karena menderita ALS. Kuliah-kuliah itu kemudian ditulis oleh sang murid, Mitch Albom, menjadi buku berjudul “Tuesdays with Morrie” yang sangat laris dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Kondisi ini bersifat progresif/terus memburuk. Semakin lama, semakin banyak otot yang terkena. Otot jantung dikecualikan karena otot itu bersifat otonom, tidak diperintah oleh otak secara sadar. Seberapa cepat penyakitnya berkembang tergantung kondisi masing-masing pasien. Harapan hidup pasien ALS adalah 3 sampai 5 tahun. Kegagalan otot-otot pernapasan dalam kebanyakan kasus menjadi penyebab kematian pasien.
ALS adalah penyakit yang banyak variasinya, perjalanan penyakit dan gejala yang dirasakan oleh setiap pasien berbeda-beda. Ada kasus-kasus di mana penderitanya seperti mengalami luka bakar, ada yang hanya mengalami gangguan fungsi suara dan menelan tetapi tidak pada fungsi gerak (pada awalnya), ada yang perkembangannya sangat lambat atau terhenti, dll.
Source : http://majalahkesehatan.com
Hawking adalah salah satu contoh penderita ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) atau Penyakit Lou Gehrig yang bisa bertahan hidup cukup lama dengan ditopang kursi roda, ventilator yang membantu pernapasan, dan synthesizer yang menerjemahkan perintah suara dari otaknya menjadi suara yang dikeluarkan komputer. Berkat teknologi semua itu menjadi mungkin baginya. Namun, bagi jutaan penderita lainnya ALS pada tahap itu biasanya sudah berujung kematian.
Tokoh lain yang cukup terkenal adalah DR Morris Schwartz, seorang profesor sosiologi yang setiap hari Selasa memberikan kuliah kepada mantan mahasiswanya di rumahnya mengenai konsep hidup dan kematian di saat-saat akhir hidupnya karena menderita ALS. Kuliah-kuliah itu kemudian ditulis oleh sang murid, Mitch Albom, menjadi buku berjudul “Tuesdays with Morrie” yang sangat laris dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Apakah ALS?
Amyotrophic Lateral Sclerosis berasal dari bahasa Yunani. A (tidak ada), myo (mengacu pada otot), trofi (asupan), berarti tidak ada/tidak memadainya asupan atau impuls saraf pada otot. Otot yang tidak menerima impuls saraf menjadi susut (atrofi). Lateral menunjukkan daerah di sumsum tulang belakang yang berisi sel-sel saraf yang memberi rangsangan otot-otot gerak. Jika sel-sel saraf di daerah ini mati, maka menyebabkan jaringan parut atau pengerasan, yang disebut sclerosis. Ringkasnya, ALS adalah penyakit/gangguan neuromuskular di mana sel-sel saraf di sumsum tulang belakang dan bagian bawah otak (batang otak) yang mengendalikan otot-otot gerak mati sehingga sinyal-sinyal dari otak ke otot-otot itu tidak berjalan.Kondisi ini bersifat progresif/terus memburuk. Semakin lama, semakin banyak otot yang terkena. Otot jantung dikecualikan karena otot itu bersifat otonom, tidak diperintah oleh otak secara sadar. Seberapa cepat penyakitnya berkembang tergantung kondisi masing-masing pasien. Harapan hidup pasien ALS adalah 3 sampai 5 tahun. Kegagalan otot-otot pernapasan dalam kebanyakan kasus menjadi penyebab kematian pasien.
Gejala ALS
Pada umumnya ALS tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak mengurangi kemampuan otak. Fungsi panca indera, usus dan kandung kemih tetap berjalan. Yang terpengaruh hanya otot-otot gerak. Koordinasi otot-otot di lengan dan kaki tidak dapat dilakukan karena kontrol dari saraf ke otot menghilang. Hal ini menyebabkan layuh lengan dan kaki. Kontrol terhadap otot-otot di mulut / tenggorokan juga dapat terpengaruh. Akibatnya, muncul gejala seperti kesulitan menelan, kesulitan berbicara, dan kesulitan bernapas.ALS adalah penyakit yang banyak variasinya, perjalanan penyakit dan gejala yang dirasakan oleh setiap pasien berbeda-beda. Ada kasus-kasus di mana penderitanya seperti mengalami luka bakar, ada yang hanya mengalami gangguan fungsi suara dan menelan tetapi tidak pada fungsi gerak (pada awalnya), ada yang perkembangannya sangat lambat atau terhenti, dll.
Penyebab
Saat ini penyebab ALS belum diketahui. Faktor genetik dan lingkungan dapat turut berperan sebagai faktor risiko. Faktor risiko lainnya adalah usia, yang terkait dengan proses penuaan. Meskipun dapat menjangkiti orang muda, kebanyakan penderita ALS berusia tua.Penanganan
Belum ada obat yang dapat menghentikan atau menyembuhkan penyakit ini. Satu-satunya obat yang dapat memperlambat perkembangannya adalah Riluzole (merek: Rilutek). Beberapa obat lain dalam tahap uji klinis. Bantuan perangkat medis dan terapi lain seperti vitamin atau antioksidan dapat meningkatkan kekebalan tubuh untuk membantu pasien melawan penyakit.Source : http://majalahkesehatan.com
Komentar