Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2009

IKHLAS

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah,sehingga Anisa sangat ingin memilikinya. Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : "Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap

Kalahkan Ketakutanmu

Saya terlahir di Semarang dengan memiliki ciri khas logat Jawa yang sangat kental.Dimana selama 17 tahun saya terbiasa berbicara bahasa Jawa dibandingkan berbicara dengan bahasa Indonesia . Selama 17 tahun saya berpikir hidup saya normal. Orang orang di sekitar saya dapat memahami apa yang saya ucapkan. Pada saat saya lulus kuliah saya pindah ke Jakarta dan betapa terkejutnya saya dimana kata kata yang saya ucapkan tidak dipahami oleh teman teman saya dari Jakarta apalagi yang berasal dari Sumatera. Disitulah pertama kali saya sadar bahwa bahasa yang saya gunakan bukan bahasa Indonesia namun bahasa daerah. Selama 3 bulan pertama saya berusaha mati matian untuk dapat berbicara bahasa Jakarta baik itu menggunakan “elo”, “gue” mencoba bahasa gaul.Walaupun kadang teman teman saya menertawakan saya dengan logat saya yang sangat sangat kental.Betapapun saya berpenampilan seperti cewek Jakarta namun begitu buka suara pasti logat Jawa yang keluar. Pada saat saya berumur 30thn, saya memutus

Majulah Terus, Pantang Mundur

Ketika Colombus menyeberangi lautan Atlantik yang sukar dan penuh dengan tantangan yang membahayakan, tidak tahu kemana arah ia berlayar. “Hari ini kami berlayar pada lintasan WSW”, tulisnya pada buku hariannya. Pada saat itu, Columbus pasti dipenuhi dengan harapan dan keyakinan bahwa dia diarahkan secara benar agar tepat pada tujuan yang ingin dicapai. Pada saat itu, tentu ia juga mempunyai keraguan dan keputusasaan, bahwa ia tidak akan sampai pada tujuan, ia bisa saja tidak hentinya terombang-ambing di tengah lautan yang menggelora, mungkin ia juga bisa kehilangan dunia ini selama-lamanya. Hal-hal lain bisa juga mungkin terjadi lebih buruk, misalnya kapalnya rusak dan tenggelam, para awak kapal yang mulai panik dan memberontak, Apakah Colombus juga kadang-kadang kehilangan harapan dan keyakinannya ? Tentu saja ia pernah mengalaminya. Namun pada saat-saat putus asa, frustasi, gelisah, dan dalam tengah krisis itu Columbus membangkitkan keberaniannya, Ia tahu ia harus berada pad

Semangkuk Mie

Gambar
Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang. Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" " Ya, tetapi, aku tdk membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu "Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu". Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?" Tanya si pemilik kedai. "Tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan ai

Apa Yang Kita Sombongkan?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, apa yang sedang Anda lakukan ?. Sang Guru menjawab, tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya. Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain. Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, l

Setiap Hari Aku Bertambah Miskin Atau Kaya?

Setiap hari yang kita lalui dalam perjalanan hidup, kita banyak melakukan aktivitas atau kegiatan, baik yang mengeluarkan maupun yang menghasilkan. Tanpa disadari atau tidak, semua kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap "Income Statement" atau Laporan Keuangan yang Anda miliki. Coba Anda perhatikan, saat Anda melangkah ke luar rumah untuk ke kantor dengan naik ojek dan kendaraan umum, Anda mengeluarkan uang transport. Anda makan siang di Mall, Anda mengeluarkan uang lagi. Anda ngopi di Starbuck atau Oh Lala, Anda merogoh kocek. Anda beli rokok, Anda mengeluarka uang kembali. Jadi setiap saat dan setiap hari, rasanya kita bukan bertambah kaya, melainkan bertambah miskin? Karena hampir setiap kegiatan yang kita lakukan adalah aktivitas mengeluarkan uang dan bukan sebaliknya. Kita memperoleh uang hanya sebulan sekali, yaitu pada saat gajian. Mudah2an Anda masih ingat U-MAN-JI (yoU MANusia bergaJI). Jadi saya berharap kita semua dapat selalu memikirkan kembal

Kisah Si Tukang Ledeng

Gambar
Suatu hari bos Mercedez Benz mempunyai masalah dengan kran air dirumahnya. Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh . Atas rekomendasi seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng untuk memperbaiki kran miliknya . Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari kemudian karena si tukang ledeng rupanya cukup sibuk . Si tukang ledeng sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah bos pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman. Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi mr.Benz untuk menyampaikan terima kasih karena sudah bers edi a menunggu satu hari lagi . Bos Mercy-pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara pak tukang ledeng. Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah Mr.Benz untuk memperbaiki kran yang bocor . Setelah kutak sana kutak sini , kranpun selesai diperbaiki dan pak tukang ledeng pulang setelah menerima pembayaran atas jasanya . Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng mengh

Paku Pagar

Gambar
Sejak "memperoleh" tubuhnya, manusia mulai memasuki sekolah kehidupan. Yang dihadapi setiap hari tak lain adalah "pelajaran" demi" pelajaran". Setiap pelajaran selalu diulang sampai kemudian dikuasai. Tak ada kata salah-benar, yang ada hanya pelajaran. Proses belajar itu tak ada akhirnya. Orang lain adalah cermin bagi kita. Seperti apakah hidup kita nanti amat tergantung pada diri sendiri. Anto memiliki tabiat yang kurang baik. Gampang marah, memaki, atau ngomel. Suatu hari ayahnya memberi sekantung paku seraya berpesan, setiap kali marah atau ngomel, ia harus menancapkan sebuah paku pada kayu pagar belakang rumah. Hari pertama, Anto menancapkan 27 paku. Hari demi hari berikutnya ia mampu mengurangi jumlah paku yang mesti ditancapkan. Lama-lama ia sadar, ternyata lebih mudah mengendalikan emosinya daripada harus menancapkan paku. Ia melaporkan hal itu pada sang ayah. Setelah itu ayahnya menyarankan, mulai sekarang Anto diharuskan mencopot kembali

Siapa Tak Ingin Sukses?

Siapa yang tidak ingin sukses? Kelihatannya aneh menanyakan hal tersebut. Tetapi hampir sebagian besar orang yang Anda kenal tidak pernah meraih kesuksesan. Mereka hanya memimpikannya dan membicarakannya, tetapi tidak menjalankannya. Itu yang sangat disayangkan. Mengapa ? Karena sebagian besar orang tidak memahami sukses. Sukses bukanlah hasil keberuntungan, bukan juga sesuatu yang Anda peroleh di waktu-waktu keajaiban di dalam hidup anda. Sukses bukanlah tujuan melainkan gaya hidup. Satu-satunya cara untuk meraih sukses sejati adalah dengan melakukannya setiap hari. Yang perlu Anda ketahui untuk menjadi sukses yaitu Anda adalah apa yang Anda lakukan sehari-hari, mula-mula Anda membentuk kebiasaan kemudian kebiasaan itu membentuk Anda, membentuk kebiasaan sukses adalah semudah membangun kebiasaan gagal. Setiap hari Anda hidup, Anda sedang dalam proses menjadi sesuatu. Menjadi sesuatu yang yang lebih baik atau lebih buruk semuanya bergantung kepada apa yang Anda berikan untuk diri A

Setiap Keputusan Melahirkan Harapan

Anda berjalan di atas keputusan yang anda buat, bukan rencana yang anda susun. Rencana hanyalah rencana sebelum anda mengambil keputusan. Bolehlah anda menyusun rencana sebaik mungkin, namun takkan pernah ada rencana yang sempurna. Jangan tunda sampai semua statistik menguntungkan anda; atau semua keadaan mendukung anda. Justru keputusan andalah yang akan mengubah semua angka dan keadaan agar dapat mendukung anda. Keputusanlah yang mewujudkan dan memperbaiki rencana anda. Karena itu, jangan buang waktu terlalu banyak. Ambillah keputusan pada waktunya. Bagi seorang pemain basket yang baik, bukan soal apakah lemparannya masuk atau gagal. Yang paling penting adalah melakukan lemparan sebaik mungkin pada saat itu. Kesempatan untuk melempar tidak selalu datang setiap saat. Namun, keputusan harus diambil saat itu. Dan tindakan harus diwujudkan sebaik-baiknya. Setiap lemparan melahirkan harapan baik. Keputusan selalu menumbuhkan optimisme untuk meraih lebih baik lagi.

Temanku Polisi

Gambar
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau.Jono segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.Jono bimbang, haruskah iaberhenti atau terus saja. "Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak," pikirnya sambil terus melaju. Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti.Jono menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu khan Bobi, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jono agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya. "Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!" "Hai,

Tidak Ada Jalan Pintas Yang Ada Jalan Alternatif

Ada yang bertanya apa kunci sukses yang utama. Ada pula yang bertanya bagaimana cara menghilangkan kejenuhan kerja. Yang lain bertanya pula bagaimana bisa mencapai sesuatu yang diidam-idamkan. Jawaban saya: tidak ada jalan pintas, tidak ada quick fix. Semuanya perlu usaha. Namun suatu usaha bisa terasa berat, bisa terasa ringan. Kuncinya sekali lagi adalah mindset. Apa sih, "mindset" itu? OK, kalau Simon Cowell si juri "super jujur dan sarkastis" dari American Idol bilang, "raise the bar." Ini artinya tinggikan standarmu. Setiap orang punya "bar" alias "mindset" alias "standar" yang mendasari semua perilaku kehidupannya. Kalau ada yang merasa "iba" dan "kasihan" dengan dirinya sendiri yang tidak punya ayah, misalnya, sehingga menjustifikasi perbuatan-perbuatan nya yang mencederai diri sendiri. Maka, sebaliknya, sebagai seseorang yang tidak pernah mengenal ayah saya sendiri sejak bayi, saya tidak pernah

Ajari Aku Memeluk Landak

Cassie menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada. Cassie masuk lagi. Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi. Begitu terus selama hampir satu jam. Suara si Mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan, tidak dia gubris. Pukul 18.30. Tinnn... Tiiiinnnnn.. .!! Cassie kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang sangat dia cintai itu masuk ke rumah. Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu mengempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala. Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si kecil Cassie juga, yang tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Cassie cuma tahu, ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang. "Mama, mama.... Mama, mama...." Cassie menggerak-gerakkan tangan. "Mama...." Mama diam saja. Dengan cemas Cassie berta

Better Give Than To Receive

A young man, a student in one of our universities, was one day taking a walk with a professor, who was commonly called the student's friend, from his kindness to those who waited on his instructions. As they went along, they saw lying in the path a pair of old shoes, which they supposed to belong to a poor man who was employed in a field close by, and who had nearly finished his day's work. The student turned to the professor, saying: "Let us play the man a trick: we will hide his shoes, and conceal ourselves behind those bushes, and wait to see his perplexity when he cannot find them." "My young friend," answered the professor, "we should never amuse ourselves at the expense of the poor. But you are rich, and may give yourself a much greater pleasure by means of this poor man. Put a coin in each shoe, and then we will hide ourselves and watch how this affects him." The student did so and they both placed themselves behind the bushes close by. Th

Hidup Adalah Pilihan

Gambar
Selamat Pagi..!!! Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin… Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku." Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang. Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana . Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah