"Kaya=Bahagia?"
Mendapatkan
banyak uang dan membuat seseorang lebih kaya, belum tentu membuat yang
bersangkutan bahagia. Hasil penelitian dari University of Warwick dan Cardiff
University, Inggris Raya yang dipublikasikan beberapa waktu lalu menemukan
bahwa kebahagiaan seseorang ternyata
tergantung pada tingkat sosialnya.
Hasil
penelitian itu menunjukkan, jika seseorang pendapatannya meningkat itu belum
tentu membuatnya bahagia jika tak mengubah posisi sosialnya. Untuk membuatnya bahagia,
pendapatan itu harus menjadikannya lebih kaya dari rekan-rekannya atau para
tetangganya.
"Seseorang
dengan pendapatannya 1 juta dolar AS (sekitar Rp 920 juta) setahun belum tentu
bahagia jika ia tahu temannya berpendapatan 2 juta dolar AS (sekitar Rp1,8
miliar) setahun," ujar Chris Boyce, peneliti dari University of Warwick,
yang meneliti masalah itu.
Mungkin
itulah, kenapa kebahagiaan tak hanya milik orang kaya semata. Orang miskin yang
merasa "lebih beruntung" bisa merasa bahagia jika melihat nasibnya
lebih baik dibanding orang lain yang lebih miskin. Sebaliknya, orang kaya yang
hidup di kompleks perumahan yang semua penghuninya orang-orang kaya, merasa
tertekan karena ia jadi "orang miskin" di antara orang-orang kaya.
Tetapi ia bisa merasa bahagia jika mau
mensyukuri apa yang sudah didapatkan dengan membandingkannya pada
orang lain di luar kompleks yang hidupnya serba sederhana. Itulah pentingnya
berpikiran positif.
Nah,
hasil penelitian lain yang dipublikasikan kemarin (1 Juli 2010) juga menunjukkan
hal yang mirip. Penelitian yang meliputi 136.000 orang dari 132 negara itu
menunjukkan bahwa tidak berarti negara yang
masyarakatnya lebih kaya, masyarakatnya lebih bahagia. Amerika
Serikat yang penduduknya rata-rata paling kaya di dunia hanya menempati urutan
ke-16 di antara 132 negara di dunia dalam soal kebahagiaan. Uang memang membuat
mereka lebih kaya tetapi belum tentu membuatnya lebih bahagia.
Ada
juga negara seperti Korea Selatan dan Rusia yang dari pendapatan masyarakatnya
tinggi tapi mereka kurang menikmati hidup sehingga dalam urutan kebahagiaan itu
mereka berada di bawah. Urutan pertama diduduki Denmark. Kuncinya karena
masyarakat Denmark lebih berpikiran positif
dan lebih bisa menikmati hidup sehingga mereka lebih berbahagia.
Penulis
: Tim AndrieWongso. com
Komentar