"Jalani Saja..."

Abel adalah seorang seperti gadis pada umumnya, usianya sekitar 22-an, tidak jelek untuk ukuran gadis kota , apalagi dia baru lulus dengan predikat yang cukup bagus dari salah satu universitas ternama di negeri ini.

Bulan-bulan ini merupakan bulan-bulan sibuknya, meski dia pernah ditawari bekerja di salah satu perusahaan milik pamannya, ia memilih mencari pekerjaan baru lain yang dianggap lebih layak dan lebih cocok untuk dirinya.

Berpuluh-puluh surat lamaran pekerjaan ia kirimkan ke perusahaan-perushaan terkemuka, namun belum hingga saat ini belum Nampak hasilnya. Untuk mensukseskan harapannya, Abel sering menghabiskan
waktu untuk membaca-baca buku yang bisa membantunya dalam wawancara nanti.

"Cara mendapatkan pekerjaan dalam 14 hari", "Sukses dalam seminggu", "21 cara lolos wawancara", "Mengakali Psikotes", menjadi buku-buku sarapan abel setiap hari.


Hari-hari awal wawancara mulai, Abel mulai mendapat panggilan wawancara dan tes di beberapa perusahaan terkemuka, seluruh tes dan wawancara awal selalu ia lewati hingga dia mau ke wawancara berikutnya.

Kebanyakan dari tes-tes yang dilalui abel selalu mengantarkan Abel hingga test terakhir, namun sayangnya justru di saat-saat test terakhir itu Abel tidak lulus. Hingga suatu saat abel sangat bersemangat ia pasti diterima oleh sebuah perusahaan internasional yang bonafid dimana ia sangat yakin dapat lulus semua tes. Namun sayang, meskipun ia begitu yakin dengan semua pengetahuan yang ia miliki apalagi dibantu dengan kiat-kiat yang ia pelajari selama ini, tetap saja di ia tidak diterima.

Akhirnya Abel duduk termenung, satu-satunya harapan dia untuk mendapatkan pekerjaan di tempat bergengsi pupuslah sudah, di warung kaki lima di belakang perkantoran mewah itu abel hanya duduk terdiam sambil membeli sebotol limun yang tersedia disana. Ibu tua yang berjualan di warung tersebut yang memperhatikan Abel sejak tadi bertanya.



"Knapa mbak, sepertinya kehilangan sesuatu"?
"Oh, tidak bu, saya cuma merasa kesal, karena saya gagal lagi di tes terakhir, padahal saya sudah tahu semua pertanyaan dan bisa menjawabnya dengan sempurna" jawab abel.

"Bukankah masih banyak pekerjaan lain untuk orang seusia dan secantik mbak ini?" ujar si ibu.

"Sebetulnya banyak bu, hanya saja kurang cocok, sayang dengan ilmu pengetahuan yang sudah saya miliki, lagipula saya yakin sekali saya lulus dengan wawancara tadi " kata Abel.

Sambil mencuci gelas-gelas kotor, si ibu bercerita,
 
"Perjalanan hidup tidak bisa diselesaikan hanya dengan membaca buku teori, tapi kita mesti menjalaninya, tidak ada pekerjaan yang tak bemanfaat jika kita mau mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, dulu saya kira ketika saya menjadi tukang cuci di rumah makan saya tidak akan mendapatkan apa-apa selain upah, tapi itu salah, pekerjaan yang tidak saya sukai itu ternyata memberi saya banyak pelajaran, hingga akhirnya saya memutuskan membuka warung disini sejak 14 tahun lalu, sekarang tiga anak saya sudah menjadi sarjana, yang pertama sekarang memiliki usaha di Australia, yang kedua tidak mau bekerja, melanjutkan sekolah sambil membantu ibu di warung ini, sedangkan yang ketiga kemarin setelah lulus ikut membantu kakaknya di Australia"



Abel menimpali,
 
"Usaha apa yang dimiliki anak pertama ibu di Australia, lalu si adik bekerja jadi apa? Manajernya ?"

"Anak ibu yang pertama menjadi pemilik usaha siap saji disana, adiknya sekarang cukup menjadi tukang cuci piring dahulu" jawab sang ibu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Saat Ibu Memasak Di Dapur"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"

PEMBANTU LUGU