"Tiga Metode Anti Hamil Modern Paling Populer di Dunia"
Sesuai data, penggunaan kontrasepsi bisa mencegah 188 juta kehamilan tak direncanakan yang berdampak pada penurunan angka aborsi menjadi 122 juta, 1,1 juta kematian bayi, dan 150.000 penurunan angka kematian ibu melahirkan dalam setiap tahunnya.
Data yang dirilis WHO pada tahun 2013, menunjukkan sekitar 56,4 persen wanita di Asia Tenggara menggunakan kontrasepsi modern, seperti kondom, pil, intrauterine device (IUD), implan, atau sterilisasi. Sementara itu, metode anti hamil yang paling populer di seluruh dunia menurut data tahun 2011 adalah dengan pil (9 persen), IUD (14 persen), sterilisasi wanita (19 persen), IUD (14 persen)
Pil
Sekitar 100 juta wanita di seluruh dunia menggunakan pil sebagai metode kontrasepsi atau pencegahan kehamilan. Ada beberapa pilihan pil, baik mengandung satu hormonal dan juga kombinasi. Jika digunakan secara konsisten, pil kontrasepsi memiliki angka kegagalan kurang dari 1 pada 100 wanita.
Selain mencegah kehamilan, pil anti hamil juga bisa mengurangi perdarahan menstruasi, mencegah jerawat, dan juga mengurangi risiko penyakit kanker. Namun, sebagian wanita mengeluhkan nyeri kepala, penurunan libido, dan juga perubahan berat badan.
Intrauterine device (IUD)
Metode ini termasuk dalam kontrasepsi jangka panjang karena bisa dipakai sampai dengan 5 tahun, efektif, dan bisa mengembalikan kesuburan begitu IUD dicabut. Saat ini tersedia metode IUD tembaga (copper) atau pun hormonal.
Kontrasepsi IUD juga bisa menjadi alternatif bagi wanita yang tidak ingin menggunakan kontrasepsi hormonal karena IUD tembaga tidak mengandung hormon atau IUD yang memiliki hormon dosis rendah.
Risiko yang mungkin timbul dari metode kontrasepsi ini adalah darah haid lebih banyak, adanya flek di sela siklus haid, serta meningkatkan risiko infeksi, terutama jika sebelumnya seorang wanita sudah memiliki infeksi di vagina.
Sterilisasi wanita
Sterilisasi merupakan kontrasepsi yang bersifat permanen karena kesuburan seorang wanita tidak bisa dikembalikan lagi. Meski bisa dilakukan pada pria, tapi sterilisasi pada wanita lebih banyak dilakukan.
Prosedur sterilisasi ini dilakukan dengan cara mengikat tuba falopi dengan klip, clamps, cincin, atau "dilem" dengan listrik, yang bertujuan mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Sterilisasi memiliki efektivitas sampai 99 persen dan tidak berpengaruh pada hormon perempuan.
Efek samping dari prosedur sterilisasi wanita ini berasal dari proses operasinya, misalnya pendarahan, infeksi, atau reaksi dari anestesinya. Meski jarang, prodesur ini juga bisa mengalami kegagalan akibat tuba falopi terbuka kembali.
Pemilihan metode kontrasepsi bisa didasarkan pada kondisi tubuh, gaya hidup, sampai efek samping yang ditimbulkan. Pilihan tergantung pada diri Anda sendiri, dari tiga metode anti hamil paling populer yang diuraikan di atas, mana pilihan Anda?.
(kompas.com)
Komentar