"Tanda bahaya mentalitas miskin no 3: Membuat keputusan berdasarkan rasa takut"



Ya, membuat keputusan berdasarkan rasa takut akan kegagalan atau takut rugi adalah tanda bahaya akan adanya mentalitas miskin dalam diri Anda yang tidak akan mengantarkan Anda ke kemakmuran atau kesuksesan.
Bahkan mengambil keputusan berdasarkan rasa takut rugi atau takut gagal ini akan merampas rasa bahagia dan ketenangan Anda, merampas rasa gembira Anda akan kemungkinan sukses yang akan datang.
Dan semua rasa takut dan cemas ini akan mempengaruhi tingkah laku Anda.
Pernah Anda lihat orang yang lebih memilih untuk berputar-putar beberapa blok mencari tempat parkir yang gratis dari pada harus membayar beberapa ribu rupiah saja.
Atau orang yang menghabiskan waktu berjam-jam di angkot yang kerjanya "nge-tem" terus daripada membayar beberapa ribu ekstra untuk naik taksi, padahal mereka punya uangnya.
Atau orang yang memilih barang yang lebih murah sedikit walau kualitasnya jauh lebih rendah.
Atau orang yang menunda berobat ketika sakit dengan tujuan berhemat, sampai penyakitnya semakin gawat dan sudah terlambat.

Atau orang yang memilih menyimpan uang 100 ribu mereka daripada menginvestasikannya walau kemungkinan nilai kembali bisa mencapai 10 kali lipatnya.
Atau orang yang memilih bertahan dengan pekerjaan tetapnya selama bertahun-tahun meski sudah jelas hasilnya kecil dan tidak pernah naik, daripada menjajagi kemungkinan baru.
(Saya kenal seorang penjual gado-gado yang telah berjualan selama 40 tahun, dan masih berjualan sampai sekarang, walau rumahnya makin lama makin rusak karena dia tidak pernah punya cukup uang sisa untuk melakukan apa-apa selain untuk makan sehari-hari.)
Bayangkan, 40 tahun melakukan hal yang sama dari hari ke hari walau sudah jelas hasilnya nyaris tidak ada.
Ada banyak sekali kasus kemiskinan kronis seperti ini di dunia, dan di negara kita.

  • 20 tahun menjadi pemulung.
  • Puluhan tahun menjadi pegawai negeri kelas rendah.
  • Puluhan tahun menjadi pembantu orang.
  • Puluhan tahun menjadi petani kecil, atau buruh kasar, atau kuli angkut, atau pekerjaan kasar rendahan lainnya.
  • Puluhan tahun melakukan pekerjaan yang tidak menyenangkan dan tidak banyak menghasilkan.
  • Miskin sedari puluhan tahun yang lalu karena tiada berubahnya mata pencaharian mereka.

Intinya, miskin selama puluhan tahun karena ketakutan yang lebih besar akan kegagalan bila mencoba sesuatu yang baru.
Semua keputusan mirip-mirip ini didasari oleh rasa takut rugi atau takut gagal, lebih baik aman dengan yang selama ini sudah dijalani daripada mengambil tindakan yang belum pasti (atau fear of the unknown alias rasa takut akan sesuatu yang belum diketahui, belum pasti).
Tetapi pembaca, apa yang pasti dalam hidup ini? Bahkan janji Tuhan untuk membalas sepuluh kali lipat semua pemberian kita saja juga in a sense "tidak pasti", karena kita tidak tahu kapannya.
Semua yang kita lakukan, apa lagi yang untuk kali pertama, banyak yang berdasar hanya pada rasa percaya dan keyakinan semata, karena memang kita tidak bisa tahu pasti apa yang akan terjadi nantinya di masa depan kita.

Tetapi keputusan yang diambil berdasarkan rasa takut ini tidak akan mengantarkan kita pada kekayaan. Karena fokus Anda bukan untuk mencoba mendapatkan kemungkinan keuntungannya, tetapi bagaimana menghindari kemungkinan buruknya.
Kalau Anda berkilah, "Habisnya, itu kan belum pasti untung," saya tanya balik, "Tetapi belum pasti rugi juga, kan?"
Selama segala sesuatu itu telah diperhitungkan semaksimal mungkin, apa salahnya mencoba sesuatu yang baru?
Bahkan jodoh yang kita pilih untuk kita nikahi juga belum pasti "menguntungkan", bukan?
Nah, sekarang bagaimana Anda mengetahui pemrograman pikiran yang Anda miliki?
Bagaimana Anda tahu apakah pikiran bawah sadar Anda diprogram untuk siap menerima kesuksesan dan kekayaan atau bakal terjebak dalam kemiskinan selamanya?
Bila Anda ingin tahu, coba telaah jawaban-jawaban Anda untuk skenario yang saya tanyakan dan bahas sebelumnya di atas.
Pikirkan baik-baik, adakah jawaban yang mirip dengan Anda?
Bila keputusan-keputusan dan tindakan yang Anda ambil, terutama yang berhubungan dengan karir, usaha dan keuangan berbentuk "hati-hatilah, siapa tahu gagal. Lebih baik tidak dicoba, daripada dicoba tapi nanti malah gagal" berarti pikiran Anda terprogram untuk miskin.
Tetapi bila tindakan dan keputusan Anda berbentuk "maju terus menuju ke kekayaan, coba semua, siapa tahu yang ini bakal berhasil" maka Anda telah terprogram untuk sukses.
Anda lihat kan perbedaan kedua attitude ini?
Nah sekarang, yang lebih penting lagi adalah bagaimana caranya mengobati mentalitas miskin ini?

Source : http://www.suksestotal.com/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Saat Ibu Memasak Di Dapur"

"Kim Sun-Young - 1974"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"