"Generasi Instan"
Pernahkah Anda sadari, saat ini kita sering (bila tidak selalu) berperilaku sebagai "Generasi Instan"?
Kita ingin segala sesuatunya serba cepat dan harus sekarang.
Saat makan, kita mau serba cepat dan ringkas, sehingga kita meng-konsumsi: "Junk Food" atau "Instant Food".
Apakah sehat dan bergizi makanan JF dan IF tsb?
Begitu pula kala kita ingin menikmati dan mencapai segala sesuatunya.
Kita ingin cepat sukses dan kaya, sehingga kita lebih sering "memakai segala cara" untuk mencapainya. Bahkan dengan "menggadaikan" harga diri dan masa depan depan, serta membahayakan diri dan keluarga.
Sudah banyak kasus seperti sering kita lihat/dengar di TV, tentang bagaimana kerepotannya KPK mengurus berbagai pelaku tindak korupsi.
Padahal pelaku korupsi bukanlah orang miskin dan sengsara, melainkan orang yang sudah sangat kaya diukur dari rata2 penduduk Indonesia.
Ok, sekarang kita kembali kepada diri kita.
Apakah kita pernah melakukan pembelian barang konsumtif dengan berhutang, dan menggadaikan/memakai uang masa depan kita?
Apakah cukup banyak barang yang kita pergunakan dan kenakan saat ini, yang masih belum lunas?
Bila ya, berarti selama in kita "melanggar" pepatah: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian".
Yang lebih hebat dan "gila" bila kita melakukan perjalanan wisata (bersenang-senang) sekarang dengan berhutang, lalu setelah itu kita membayar cicilan hutangnya (bersakit-sakit).
Bukankah sebuah "kenikmatan" dan "kebahagiaan" sepantasnya dipupuk dan diperjuangkan terlebih dahulu, dan setelah semuanya kita lakukan, maka kita akan mereguk semua itu sebagai "sebuah hadiah" bagi diri kita.
So, jangan terbujuk rayuan dari pihak manapun, kendalikan diri penuh kebijakan, hindarkan kenikmatan dan kekayaan yang "instant" karena semuanya itu perlu proses.
Ibarat sebuah benih memerlukan waktu untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pohon yang besar dan berbuah masak.
Hindarkan menjadi "Generasi Instan", jadilah "Generasi Spartan" penuh semangat dan terus berjuang dengan kemuliaan dan kesabaran hati.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Freddy Pieloor
Kita ingin segala sesuatunya serba cepat dan harus sekarang.
Saat makan, kita mau serba cepat dan ringkas, sehingga kita meng-konsumsi: "Junk Food" atau "Instant Food".
Apakah sehat dan bergizi makanan JF dan IF tsb?
Begitu pula kala kita ingin menikmati dan mencapai segala sesuatunya.
Kita ingin cepat sukses dan kaya, sehingga kita lebih sering "memakai segala cara" untuk mencapainya. Bahkan dengan "menggadaikan" harga diri dan masa depan depan, serta membahayakan diri dan keluarga.
Sudah banyak kasus seperti sering kita lihat/dengar di TV, tentang bagaimana kerepotannya KPK mengurus berbagai pelaku tindak korupsi.
Padahal pelaku korupsi bukanlah orang miskin dan sengsara, melainkan orang yang sudah sangat kaya diukur dari rata2 penduduk Indonesia.
Ok, sekarang kita kembali kepada diri kita.
Apakah kita pernah melakukan pembelian barang konsumtif dengan berhutang, dan menggadaikan/memakai uang masa depan kita?
Apakah cukup banyak barang yang kita pergunakan dan kenakan saat ini, yang masih belum lunas?
Bila ya, berarti selama in kita "melanggar" pepatah: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian".
Yang lebih hebat dan "gila" bila kita melakukan perjalanan wisata (bersenang-senang) sekarang dengan berhutang, lalu setelah itu kita membayar cicilan hutangnya (bersakit-sakit).
Bukankah sebuah "kenikmatan" dan "kebahagiaan" sepantasnya dipupuk dan diperjuangkan terlebih dahulu, dan setelah semuanya kita lakukan, maka kita akan mereguk semua itu sebagai "sebuah hadiah" bagi diri kita.
So, jangan terbujuk rayuan dari pihak manapun, kendalikan diri penuh kebijakan, hindarkan kenikmatan dan kekayaan yang "instant" karena semuanya itu perlu proses.
Ibarat sebuah benih memerlukan waktu untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pohon yang besar dan berbuah masak.
Hindarkan menjadi "Generasi Instan", jadilah "Generasi Spartan" penuh semangat dan terus berjuang dengan kemuliaan dan kesabaran hati.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Freddy Pieloor
Komentar