"Dikala Kesempatan Orang Lain Selalu Lebih Besar"

Halo sahabat,
 
Sering kita merasa bahwa kesempatan orang lain selalu lebih besar.
 
Rasanya kita tidak pernah merasa cukup.  Dengan segala macam yang kita peroleh kita masih saja merasa bahwa hidup orang lain selalu kelihatan lebih enak.
 
Saya pernah ketemu teman kerja yang magang dari Perancis.  Dia (perempuan) mengatakan bahwa hidup di Indonesia lebih dinamis, lebih hidup.  Di sana (Perancis) kalau jalan-jalan naik bus kota isinya orang pada tua-tua... dan harus mendahulukan orang tua, rasanya sungguh banyak biaya negara untuk mengurusi pensiunan.
 
Jadinya negara seperti negara pensiunan.  Apalagi lihat bangunan di Jakarta, setiap bulan muncul gedung baru.  Disana kalau bikin gedung baru bisa masuk penjara kalau belum ada ijin merobohkan bangunan kuno.
 
Bangunan kuno?  kita pikir bangunan kuno itu eksotis, itu karena di sebelahnya ada bangunan modern, maka jadi eksotis, namun kalau seluruh Paris atau Amsterdam atau Den Haag isinya gedung kuno, yah hanya bagus buat difoto saja.  Kenyataannya, di setiap gedung jarang ada lift.  Belanja di toko naik lantai 3 naik tangga.
 
Kita merasa hidup di Indonesia rasanya tidak ada kepastian hukum.  Coba bayangkan sebulan saja kita di Singapore, kita bisa masuk penjara... kita merokok di tempat umum masuk penjara, makan permen karet masuk penjara, meludah di Bus kota, masuk penjara, iseng merusak cat mobil orang lain, langsung masuk penjara.
 
Kita pikir, seperti di Indonesia kita bisa kabur kalau sudah melanggar lampu merah. Di Singapore kita tidak bisa transaksi di Bank atau ke luar negeri kalau belum membayar tilang.
 
Lalu kita pikir, kartu kredit bisa diakalin karena kita kenal Eggi  Sujana, di Singapore kalau kita tidak membayar kartu kredit, jangan harap kita bisa membuka tabungan.
 
Di Amerika kita bisa belanja di Hypermarket kredit (Bayar bulanan), atau bisa dikembalikan dalam beberapa hari kalau tidak cocok, namun bayangkan, kita bisa masuk penjara kalau binatang peliharaan kita tidak terurus.
 
Disini kita memperjuangkan HAM, disana yang ada Perikebinatangan.  Hak-hak binatang jelas ada undang-undangnya.
 
Bayangkan kalau di depan rumah kita ada kucing yang kurus kering dan kita bingung mau dikasih makan, eh ternyata dilaporkan tetangga sebelah dan polisi datang, he he masuk penjara atau denda.
 
Kita pikir di Tokyo cewek cantik-cantik, kenyataannya di Tokyo sesorang yang sukses (Manajer) hari ini bisa mati 2 hari lagi kalau kena PHK.  Karena disana orang tidak sanggup bayar sewa rumah (mahal sekali), dan jangan harap bisa numpang rumah teman atau saudara, karena masing-masing sudah kesusahan dan ego nya tinggi, maka dia akan merasa malu kalau dibilang gagal, dan lebih baik mati kedinginan di kolong jembatan.
 
Kita pikir kolong jembatan di Jakarta lebih enak banyak angin paling juga banyak nyamuk.  Kolong jembatan di Tokyo temperaturnya bisa minus 2 derajat celsius.  Kita pakai segala macam jaket, jas, selimut juga masih nembus.
 
Kita pikir orang Jakarta egois, ternyata di Tokyo yang banyak adalah toko-toko jasa pemeliharaan kecantikan binatang.  Kolam renang untuk binatang peliharaan, salon anjing, salon kucing, bahkan acara TV untuk anjing.  Isinya ikan-ikan di akuarium.
 
Kita pikir kita bisa beli kucing lucu atau minta tetangga.  Di Tokyo anjing dan kucing jarang yang asli, kebanyakan robot.
 
Di Hong Kong banyak cewek cantik-cantik, apalagi kalau jalan cepat banget, rasanya seperti kita mengejar Bus di Cawang. Kenyataannya di Hong Kong banyak pasangan yang menunda pernikahan karena tidak mampu membeli rumah bahkan mencicil.  Apartemen model rumah susun saja harganya Rp 2 Milyar cicilannya Rp 10 juta per bulan.  Makanya kalau makan bersama cewek di Hong Kong pastikan bayar sendiri-sendiri.  Teman saya orang Singapore bikin perjanjian nikah, siapa yang bayar listrik, bayar susu, bayar uang sekolah, bayar pembantu, bayar masak, bayar rekreasi, bayar popok bayi, tidak semua ditanggung suami, biasanya 50-50 termasuk yang cuci baju.  Cuci baju sih oke paling tinggal masukin Electrolux tapi setrika?
 
Di Jakarta kita bisa banyak memperoleh segala macam dibayar dengan kasih sayang.
 
Salam,
 
Goenardjoadi Goenawan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Saat Ibu Memasak Di Dapur"

"Kim Sun-Young - 1974"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"