"Berpikir Yang Orang Lain Tidak Pikirkan"

Pada saat pesawat terbang pertama kali terlintas dalam benak penemunya, tentu saja ada pergulatan yang cukup hebat terhadap pilihan untuk ‘apakah melanjutkannya untuk jadi” atau “menghentikannya sampai disini”. Demikian juga pada saat dalam uji coba ternyata kegagalan dan kegagalan yang ditemui, bahkan cemoohan dari orang-orang disekitarnya terdengar menyakitkan dan menyinggung perasaan, bahkan tidak sedikit yang menyatakan bahwa ini hanyalah perwujudan dari kegilaan. Namun sang penemu terus menancapkan pilihan “melanjutkannya untuk jadi”, dan berkah itu sekarang kita rasakan, perpindahan fisik dalam jarak yang panjang mudah kita lakukan dalam tempuhan waktu yang singkat.

Semua orang merasakan bahwa setiap kali mereka memiliki ide yang berbeda dari keseharian maupun kebiasaan , selalu saja harus berhadapan dengan anggapan negatif dari lingkungan dan kesulitan awal untuk memulai. Hal ini sangat manusiawi jika kenyataan mengatakan bahwa jumlah “orang besar” lebih sedikit dari jumlah orang kebanyakan. Artinya memang keberanian berfikir dan menjalani kehidupan yang berbeda memunculkan peluang yang berbeda pula.

Ada dua hal yang paling berpengaruh pada saat kita berkeinginan berfikir berbeda. Faktor yang pertama adalah “ketakutan” dan faktor yang kedua adalah “penundaan”. Ketakutan akan kegagalan, ketakutan melakukan sesuatu yang sia-sia, ketakutan atas anggapan orang lain merupakan definisi atas faktor yang pertama. Sedangkan penundaan seringkali karena pola fikir menunggu momentum yang tepat.

Bagaimana mengatasi “ketakutan” ?

Ketakutan adalah milik semua manusia, tetapi seorang pemberani bukanlah orang yang tidak memiliki rasa takut, tetapi orang yang paling sering menkonfrontasi rasa takutnya untuk tujuan besar yang lebih positif. Mengkonfrontasi rasa takut menjadi lebih mudah jika tujuan yang ingin kita capai lebih jelas. Misalnya di pedesaan pada malam hari seseorang takut untuk pergi menonton acara panggung gembira di lapangan kelurahan yang letaknya jauh dari rumah, tetapi dengan lebih memperjelas tujuan bahwa kalau tidak berangkat maka tidak bisa melihat group dangdut favoritnya perlahan-lahan rasa takut itu akan pergi. Seorang karyawan dengan jabatan supervisor takut untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan board of director untuk yang pertama kalinya, tetapi dengan lebih memperjelas tujuannya bahwa dia menginginkan untuk menjadi manager dalam 2 tahun, maka cara yang paling mudah adalah sering menunjukkan kelebihannya di depan para direktur sebagai pemegang keputusan tertinggi di dalam promosi, maka rasa takut itu perlahan-lahan akan pergi.

Memperjelas tujuan berdampak terhadap penguatan kemauan, dan penguatan kemauan menyingkirkan rasa ketakutan.

Bagaimana mengatasi “penundaan”?

Berfikir tentang menunggu momentum adalah kesalahan berfikir yang terbesar, karena momentum itu diciptakan. Usaha yang sistematik untuk mengkondisikan kekuatan diri dan lingkungan akan menciptakan momentum kesuksesan.

Menunda berarti membiarkan orang lain melakukannya lebih dahulu. Untuk menjadi orang yang dikenal luas ada dua buah cara, cara yang pertama adalah melakukannya dan menjadi yang terbaik atau melakukannya untuk pertama kali. Membiarkan orang lain melakukannya lebih dulu adalah kegagalan 50% untuk dikenal secara luas dan kegagalan 50% dalam peluang sukses.

Mulai berfikir berbeda adalah awal dari langkah besar

Memulai berfikir yang berbeda adalah awal untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Seorang penjual jamu gendong keliling akan selamanya menjadi penjual jamu gendong keliling, kalau dia tidak mulai berfikir menyisihkan sebagian hasil jualannya untuk dikumpulkan menyewa depot jamu. Setelah terkumpul lalu dia menyewa sebuah depot untuk berjualan, dan hasil penjualannya dia sisihkan untuk uang muka pembelian ruko dimana dia tidak hanya menjual jamu merk orang lain tetapi juga meracik jamu hasil ramuan yang dia yakini memiliki khasiat, maka kita dapati sekarang dia menjadi pemilik sebuah pabrik jamu.

Rumusan awal selalu mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang berbeda maka usahanya harus berbeda. Usaha awal untuk berbeda adalah dengan berfikir berbeda dari orang lain.

Mencari aspek yang berbeda dengan ujung yang positif dimulai dengan melakukan proses kalkulasi dan penelusuran terhadap apa yang sering atau telah difikirkan oleh orang lain.

Misalnya :

- Sesuatu yang biasanya difikirkan oleh seorang karyawan adalah bagaimana mendapatkan gaji yang lebih besar dari yang didapatnya sekarang. Berfikir berbedanya adalah : “bagaimana tanpa ada kenaikan gaji tetapi terjadi peningkatan kesejahteraan dan kemerdekaan keuangan”.

- Seorang penjual biasanya berfikir tentang bagaimana meraih target penjualan yang telah ditetapkan setiap bulannya, apa yang harus dilakukannya hari ini, siapa prospek yang memungkinkan untuk menaikkan omzet. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana meraih target penjualan tanpa harus menjual sendiri dan pasti berhasil”

- Seorang Direktur biasanya berfikir tentang bagaimana cara memajukan bisnisnya atau membuat bisnisnya berkembang dengan pesat. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana agar dia tetap bisa setiap hari bermain golf dan bersenang-senang dan usahanya menjadi tambah besar dan berkembang pesat”

- Seorang Guru biasanya berfikir tentang bagaimana menyampaikan materi didepan kelas dan muridnya menjadi pandai. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana tanpa kehadirannya murid bisa belajar dan mengerti tentang ilmu yang diajarkannya”

- Seorang Mahasiswa biasanya berfikir bagaimana meraih indeks prestasi setinggi-tingginya sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan pada saat nanti bekerja. Berfikir berbedanya adalah “bagaimana mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tinggi tanpa harus menunggu lulus dengan indeks prestasi yang tinggi”

Mulailah berfikir berbeda sekarang juga.

Berfikir yang orang lain tidak fikirkan, membuka ruang sebuah peluang kesuksesan.

Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.

Cahyana Puthut Wijanarka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Saat Ibu Memasak Di Dapur"

"Kim Sun-Young - 1974"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"