Sang Manajer

Seorang manajer berusia separuh baya, sedang pusing memikirkan hutang-hutang yang harus dilunasinya.



Ia memutuskan untuk menghubungi seorang ahli keuangan.



Dia membuat janji pertemuan dengan seorang perencana keuangan yang berkantor di Jl Thamrin.



Pada hari pertemuan, sang manajer memasuki ruang tunggu kantor perencana keuangan. Anehnya, tidak satupun resepsionis menyambutnya.



Di hadapannya ada dua pintu. Pintu pertama bertuliskan 'bekerja untuk orang lain' dan pintu kedua bertuliskan 'bekerja independen'.



Ia memasuki pintu 'bekerja untuk orang lain', dan sekali lagi dihadapkan pada dua pintu lagi. Pintu pertama bertuliskan 'penghasilan kurang dari Rp. 10Jt' dan pintu kedua bertuliskan 'penghasilan lebih dari Rp. 10Jt.'



Ia pun memasuki pintu bertuliskan 'penghasilan kurang dari Rp. 10Jt'. Ia kembali berhadapan dengan dua pintu.



Pintu pertama bertuliskan 'menabung kurang dari Rp.36Jt per tahun' dan pintu kedua bertuliskan 'menabung lebih dari Rp.36Jt per tahun.'



Ia kembali memasuki pintu pertama. Dan... ia malah berada di luar kantor di Jl Thamrin!!



Manajer tersebut tidak bisa keluar dari masalahnya karena tidak pernah mau mencoba memasuki pintu yang lain.



Sama seperti manajer tersebut, selama kita hanya mau memasuki pintu yang sama dengan yang selama ini kita masuki, maka kita akan selalu berada pada titik dari mana kita memulai sebelumnya.



Jika kita memang menghendaki hasil berbeda, satu-satunya cara adalah bertekad untuk mencoba memasuki pintu yang berbeda.



Oleh : A Muchyi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Saat Ibu Memasak Di Dapur"

"Kim Sun-Young - 1974"

"Tanya-Jawab Mengenai Radang Usus Buntu (Apendisitis)"